Sabtu, 24 Januari 2015

Jangan Menyapa Aku Di Jalan

Sebagai makhluk yang nggak sempurna, tentunya gue punya kekurangan. Ada banyak kekurangan dalam diri gue, salah satunya adalah mata gue yang mines. Entah minesnya sudah menginjak angka berapa, sebab selama ini gue belum pernah mengecek ke dokter ataupun ke optik. Kenapa? Karena duit nggak ada? Atau karena phobia dokter? Duit pribadi sih belum ada, tapi kalo duit dari orang tua mungkin ada, cuma sampai sekarang mereka belum ngasih gue duit buat ngecek keminesan mata gue ke dokter. Tapi, kalo gue dibilang phobia sama dokter itu salah besar, ya kali gue phobia sama dokter. Gimana kalo dokternya cantik terus itunya gede? kan mubazir juga kalo gue nolak datang ke dokter itu. Kalo perlu gue rela deh tiap hari harus konsultasi ke dokter cantik itu. Hari ini gue sehat-sehat aja dok, kasih resep dong biar gue sakit lagi? Kemudian si dokter goyang dumang karena pertanyaan gue tadi.

Karena mata gue mines, gue sering dibilang sombong sama teman gue karena gue nggak ngejawab sapaan mereka sewaktu ngelihat gue di jalan. Jujur, gue nggak terima dibilang sombong. Emang apa yang bisa gue sombongin ke mereka? Nggak ada. Gue hanya manusia biasa, gue juga punya kekurangan. Ya, kekurangan gue itu nggak bisa ngelihat dengan jelas. Sekarang, gue jadi takut nyapa orang duluan, bukan karena gue orangnya gengsian tapi karena gue takut salah orang (lagi). Jauh sebelumnya gue sering salah negur orang di jalan, bukan senyuman yang gue dapat, tapi rasa malu yang ngebuat gue jadi salah tingkah. Ngelihat mention di twitter aja gue sering salah lihat, apalagi harus melihat teman gue di malam hari yang nggak berbintang. Bisa-bisa gue ngira ngelihat setan, eh ternyata itu teman gue. Jadi, jangan heran ya kalo tiba-tiba gue lari terbirit-birit karena habis ngelihat kamu, iya .. kamuuu .. gue harap kamu bisa ngerti ya bro.

Mendengar suara tanpa melihat sumber suara muncul dari mana itu ngegantung banget, rasa penasaran dalam diri mulai timbul saat itu juga. Kejadian di jalan itu begitu cepat, telat sepersekian detik aja kalian bisa kehilangan moment yang berharga. Bayangin aja ada orang yang memanggil nama kalian di jalan, tapi kalian cuman ngedengar doang tanpa sempat ngelihat ke arah orang yang memanggil nama kalian. Kira-kira apa yang akan kalian lakukan? Menghiraukan suara samar itu atau penasaran pengin tau sumber dari suara itu? Tentu, pilihan ada pada diri kalian sendiri. Tapi, setiap gue ngalamin kejadian yang seperti ini. Entah kenapa gue jadi penasaran pengin tau siapa yang manggil nama gue tadi di jalan. Mungkin karena gue takut di judge sombong lagi, makanya gue selalu penasaran dan pengin cepat minta maaf ke orang itu karena tadi gue nggak sempat membalas sapaan darinya.

Terdengar sedikit lebay sih, tapi emang gue sering takut ngedengar suara orang yang manggil gue di jalan. Apa ini jenis phobia juga? Kalo iya, namanya apa? Greetingphobia? Entahlah, ini memang jenis ketakutan yang aneh. Intinya, tolong jangan menyapa gue kalo gue lagi di jalan ya. Gue tau kok maksud kalian baik, kalian pengin say hello ke gue terus pikir gitu aja. Tapi, kalian nggak ngerti perasaan gue setelah kejadian itu. Gue merasa seperti di hantui oleh rasa penasaran yang menyiksa batin gue. Di jalan gue jadi nggak konsen lagi karena mikirin sumber suara dari kalian. Gue lagi enak bawa motor tiba-tiba kalian manggil gue, pas gue palingin wajah ke arah sumber suara, nggak ada objek yang gue ditemuin, kan belbi jadi kecel.


Pernah juga gue sempat kege-eran karena gue merasa yang nyapa gue tadi di jalan itu mantan gue, gue ngiranya dia mau ngajakin gue balikan lagi, pas gue udah palingin wajah ke arah sumber suara itu, ternyata yang manggil gue itu banci salah pergaulan yang tinggal sekompleks sama gue. Huh, bikin apes aja nih banci. Oke, skip! … Hm, kalo misalnya nanti ada di antara kalian yang merasa sakit hati atau menganggap gue orangnya sombong, itu salah kalian sendiri ya. Gue udah ceritain kekurangan gue yang aneh ini. Gue harap kalian bisa mengerti. Jadi, tolong kalian nggak usah manggil-manggil gue lagi di jalan! Emang gue cowok apaan yang bisa kalian panggil-panggil gitu aja. Gue bukan cowok panggilan! Gue itu cuma cowok kompleks yang matanya mines aja. Oke?! Bye-Maksimal …

Kamis, 22 Januari 2015

5 Proses Untuk Mendapatkan Kekasih

Kadang melihat teman yang memiliki pasangan membuat kita iri dengan kebersamaan mereka. Sering kali kita menjadi pelengkap di antara mereka yang sedang asyik memadu kasih di hadapan kita. Mau sampai kapan kita akan seperti ini? berteman dengan sepi tanpa seorang kekasih. Mau sampai kapan kita hanya menjadi penonton mereka? Tentunya, kita nggak mau berada di dalam kondisi yang buruk seperti ini. Di dalam hati, kita juga pengin punya seorang kekasih. Tapi, mendapatkan seorang kekasih nggak semudah kita mengedipkan mata. Ada banyak proses yang harus kita jalani dan nggak jarang kita sering gagal di dalam proses tersebut. Ada banyak faktor yang menentukan kita akan berhasil atau kita akan gagal. Karena, keberuntungan adalah faktor yang paling berperan penting dalam proses ini.

Nah, di postingan kali ini gue pengin berbagi tentang proses-proses yang harus kita jalani sebelum mendapatkan seorang kekasih (pacar) menurut kacamata absurd gue. Berikut susunan prosesnya,

1.      Mencari Target Sasaran
Sebagai proses awal, mencari target adalah hal yang paling mendasar yang harus kalian jalani terlebih dahulu. Dalam menentukan target, kalian harus memilih sesuai dengan selera dan tipe kalian masing-masing. Hal ini sederhana tapi nggak semudah yang kalian bayangkan. Terkadang banyak juga yang gagal pada tahap awal ini. Semisal, kalian memilih target seorang artis/public-figure atau anak seorang pejabat. Itu namanya kalian ngayalnya ketinggian, nggak takut jatuh? Sakit loh! Pilihlah target yang sesuai dengan kalian, nggak usah ketinggian milihnya. Ingat, yang standar aja, kalian belum tentu bisa mendapatkannya.

2.      Kenalan Dengan Target
Sebagai proses selanjutnya, kalian harus berkenalan dengan target agar terjalin suatu komunikasi di antara kalian. Proses ini tidaklah mudah, butuh keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi. Tentunya, memulai suatu obrolan atau perkenalan dengan seseorang yang baru saja di jumpai itu membuat kalian merasa kaku dan canggung. Ada yang nyalinya ciut, ada yang keringat dingin, bahkan ada yang berdarah-darah saking tegangnya. Banyak yang gugur ditahap ini, karena sang target nggak begitu ngerespon tindakan kalian. Di tahap ini dibutuhkan mental yang kuat, karena jika kalian gagal, kalian nggak akan takut lagi mengulangnya kembali dari awal.

3.      Melakukan Pendekatan Dengan Target
Jika kalian udah saling kenal dengan si target, tahap selanjutnya adalah meminta nomer hp atau apa aja yang bisa membantu kalian berkomunikasi secara intens dengan si target. Dalam proses ini, kalian dituntut untuk meluangkan banyak waktu dan menyediakan ratusan pertanyaan untuk mengenal target jauh lebih dalam. Di tahap ini kalian harus pandai-pandai membaca respon si target, hal ini penting buat lanjut ke tahap berikutnya. Nggak jarang dalam proses ini banyak yang menjadi korban PHP dan parahnya lagi kalo di antara kalian ada yang harus terjebak friendzone, itu horror banget loh!

4.      Ngajakin Target Nge-date
Setelah kalian merasa telah mendapatkan respon yang positif dari si target, hal selanjutnya yang harus kalian lakukan adalah ngajakin target nge-date. Kenapa harus nge-date? Karena target juga butuh bukti yang nyata dari kalian, si target juga pengin ngerasa lebih dekat dengan kalian. Usahain kalian memberi kesan yang baik di nge-date perdana kalian. Kalo kalian punya banyak duit, beliin si target mobil, itu pasti berkesan banget. Dan setelah nge-date berakhir, ucapakanlah kalimat seperti ini “terima kasih ya buat hari ini, aku senang banget bisa jalan bareng kamu.”

5.      Katakan Cinta Ke Target
Setelah ke-empat tahap di atas telah kalian lewati dengan baik, kini tiba waktunya kalian untuk nembak si target dengan kreasi kalian sendiri. Ngungkapinnya harus didepan si target ya, biar ada kontak mata di antara kalian. Mata itu nggak bisa bohong, kenapa? Ya, karena mata nggak bisa ngomong. Lewat mata, kalian bisa yakinin si target jauh lebih besar. Ingat, jangan pake kacamata hitam, ntar matanya nggak kelihat loh. Semoga cinta kalian di terima ya, amin.


Itulah kelima proses yang harus kalian lewatin sebelum mendapatkan seorang kekasih hati. Sementara ini gue lagi ngelakuin proses-proses yang ada di atas, semoga kali ini gue nggak gagal lagi. Buat kalian yang pengin nyoba, selamat mencoba ya. Bagi yang gagal di tengah proses, jangan takut buat ngulang lagi dari awal karena semakin sering kalian mencoba, semakin besar pula kesempatan kalian buat berhasil. Yeah, salam jomblo.

Selasa, 20 Januari 2015

Menunggu Orang Yang Sedang Menunggu

Beberapa hari yang lalu gue lagi temanin teman gue yang lagi menunggu, secara otomatis gue juga jadi ikut menunggu … menunggu teman gue yang lagi menunggu. Aneh? Nggak! Ini memang sering terjadi tanpa kita sadari. Kalian pernah nggak kejebak dalam situasi seperti ini? Kalo pernah, gimana sih perasaan kalian pada saat itu? Bete’? Kesel? Atau malah senang? Oke, yang senang boleh cabut dari postingan ini, huusss .. sanaaaa .. Jujur gue bete’ nunggu sesuatu yang nggak gue harapin, tapi di sisi lain teman gue lagi nunggu sesuatu yang dia harapin. Mau cabut ninggalin teman, takut nggak enak. Jadi gini deh, gue jadi ikut merasakan penderitaan teman gue.

Menunggu itu emang ngeselin, apalagi menunggu mantan minta balikan lagi. Hm, ada juga sih menunggu yang bikin semangat, nunggu kiriman uang dari orang tua. Menurut gue, orang yang membuat orang menunggu itu harusnya di pidana kan saja, kenapa? Karena menunggu itu nggak enak banget, apalagi harus menunggu bang toyib yang 3 kali puasa 3 kali lebaran nggak pulang-pulang. Bang toyib nggak usah di tunggu, mungkin sekarang dia sudah bahagia di dalam penjara. Bang toyib, sehat?

Kalian pernah mikir nggak perasaan orang yang sedang menunggu? Pasti nggak, kalo mikir sih nggak mungkin kalian buat orang itu menunggu. Menunggu identik dengan ketidakpastian, gue kemarin rasain itu, gue jadi sering mikir gini, kiri-kira berapa jam lagi ya teman gue kelar nunggunya? Jelas teman gue yang lagi nunggu nggak tau, apalagi gue yang lagi nunggu teman gue kelar nunggunya. Yang tau itu ya pelaku yang membuat teman gue nunggu, dia yang tau pasti kapan penderitaan gue dan teman gue berakhir. Ibarat di film, dia itu aktor utamanya dan kami berdua adalah calon penontonnya yang harus nunggu dia selesai syuting dan nunggu filmnya tayang di bioskop.

Ada banyak cara yang dilakuin orang yang lagi menunggu, ada yang diam saja dengan kepala tertunduk lesuh, ada yang coba lari mutarin lapangan, ada yang sampe neror si pelaku yang ngebuat dia menunggu, dan ada juga yang sampai sikap lilin biar terlihat atletis di mata orang-orang. Cara menunggu setiap orang itu berbeda-beda dan cukup beragam, dari situlah kita bisa menebak karakter seseorang saat sedang menunggu. Misalnya, ada orang yang sedang menunggu dengan menyibukkan diri dengan bermain game, bisa di tebak dia pasti pelaut. Kok pelaut sih? Kan pelaut juga manusia, nggak menutup kemungkinan dia juga doyan main game, nggak selamanya pelaut itu mainnya cuma di laut aja.

Oiya, kemarin gue nunggu kepastian dari teman gue yang akhirnya kelar juga nunggunya itu sampai 12 jam lebih loh, gokil nggak tuh?! Pengin banget gue nyari tau siapa dalang dibalik penungguan yang berkepanjangan ini, eh pas tau ternyata dalangnya teman gue juga. Yaudah, di maafin aja deh. Tobat lo bro, lo udah bikin kami berdua seperti orang bego’ nungguin lo selama itu. Dari ngetawain orang yang lewat sampai tidur bareng karena nahan lapar, kami harus lewatin karena nungguin lo balik. Untung aja, kami nggak sekasur bareng, soalnya gue takut khilaf mainin pantat dia yang lagi nganggur.

Dan pas tau lo itu udah balik, kami serasa habis menangin hadiah kencan bareng Chelsea Islan. Rasa bahagia yang nggak bisa kami ucapkan dengan kata-kata. Sayang, kencannya cuma sebatas khayalan doang, realitanya setelah kami terbangun dari tidur, kami tetap aja lapar karena emang dari tadi kami belum makan sama sekali. Akhirnya kami keluar buat nyari makan dan besoknya kami ngadain acara syukuran kecil-kecilan atas kepulangan lo yang kami tunggu selama 12 jam lebih itu. Btw, terima kasih ya buat kesan-kesan yang lo beri selama 12 jam ini, kami sayang banget sama lo. Berpelukan yukk, bro. nggak usah malu, nggak ada yang liat kok.

Minggu, 18 Januari 2015

Kejutan Ulang Tahun Iqra

Belum genap sehari di tahun yang baru ini, gue dan Ian harus merasakan sensasi basah-basahan di atas motor di malam hari. Walaupun basahnya nggak sampai tembus ke dalaman gue, tapi gue harus berjuang melawan butiran-butiran air hujan yang menghantam wajah gue yang semberawut ini. Yap, malam itu gue yang bawa motor, gue menjadi pelindung Ian agar dia nggak kena hantaman maut sang air hujan. Kami menempuh perjalanan sekitar 15 km menuju barat di malam hari, bukan untuk mencari kitab suci, tapi kami pergi untuk tugas mulia persahabatan, kami datang untuk surprise party sahabat kami, Iqra. Tepat jam 12 nanti, Iqra berulang tahun yang ke 23 tahun.

Gue dan Ian sudah merencanakan ini seminggu sebelum ulang tahun Iqra, tentunya di balik skenario malam ini di dalangi oleh kekasih Iqra sendiri, Emi. Kami berdua bertindak sebagai wayang yang melengkapi bagian surprise party ini. Moment ini adalah kali pertama Iqra merasakan yang namanya “get a birthday cake”. Nah, kami sebagai sahabatnya nggak pengin ketinggalan hadir dan turut merasakan kebahagian Iqra di hari spesialnya. Itulah yang menjadi alasan kenapa kami rela basah-basahan di malam hari, walau badai sekalipun kami berdua pasti … lebih milih di rumah aja nunggu badainya berhenti dulu, kemudian lanjut walaupun sedikit telat.

Sepertinya skenario yang kami mainkan sudah tercium oleh Iqra, sebelum tiba di lokasi gue dan Ian singgah dulu di warung buat beli beberapa batang rokok buat di hisap sambil nunggu jam 12 tepat. Setelah keluar dari warung tersebut Ian menerima telepon dari Emi, katanya Iqra keluar dari rumah dan nggak tau mau kemana. Seketika kami pun panik, jangan sampai kami papasan di jalan sama Iqra, bisa fail semua rencana ini. Gue dan Ian bergegas mencari tempat persembunyian, kami berhenti di salah satu ruko yang nggak jauh dari warung tempat kami jajan tadi. Prediksi gue sih, Iqra keluar buat nyari rokok, mau ngapain coba malam-malam gerimis gini keluar kalo bukan nyari rokok. Nah, gue udah mastiin tuh Iqra singgahnya di warung yg tadi kami singgahi.

Ternyata dugaan gue salah, Iqra malah melewati warung itu. Gue jelas ngeliat Iqra menuju ke arah ruko tempat kami bersembunyi, sebelum dia semakin dekat gue pun membalikkan badan kebelakang seolah nggak melihat dia lewat. Eh, si Iqranya malah singgah dan nyamperin kami. Ternyata dia ngelihat Ian lagi di atas motor sambil memandangi hapenya. Aduh, kami ke gap Iqra di jalan. Fail?! Udah pasti, keburu ketahuan karena kurang jeli milih tempat persembunyian.

Iqra : Eh, kalian ngapain di sini?
Gue : Gue tadi … (ngomong patah-patah kek jaringan SOS)
Ian : Mau ke rumah lo, di panggil sama Emi. Tapi, katanya lo keluar.
Gue : Gila, Ian ngomong to the point banget (ngomong dalam hati)
Iqra : Oh, gitu. Yaudah, tunggu gue di sini ya. (kemudian pergi meninggalkan kami)

Setelah Iqra pergi, kami pun saling menyalahkan satu sama lain. Harusnya kita nggak sembunyi disini lah, harusnya kita pakai topeng lah, sampai harusnya kita di rumah aja lah. Pokoknya gitu, karena fail buntutnya jadi salah-salahan nggak jelas. Gue saranin ke Ian buat langsung ke TKP aja, ke kontrakan Emi maksudnya. Tapi, si Ian malah saranin buat nyari Iqra dulu. Yaudah, gue nurut aja sama yang lebih tua. Akhirnya kami berdua muter-muter nyari Iqra dan nggak ketemu. Tuh kan, gue juga bilang apa, mending ke TKP aja langsung biar nggak ribet. Sesampainya di TKP, Iqra nggak kunjung hadir. Ian nyaranin lagi buat kembali ke ruko tempat persembunyian tadi buat nunggu Iqra disana, gue sih penginnya di sini aja, kan udah ketahuan tadi. Namun apa daya, gue harus nurut lagi.

Karena lama menunggu kedatangan Iqra di ruko ini, kami pun kembali ke kontrakan Emi dan ternyata Iqra sudah terlebih dahulu ada disini. Tuh, si kampret ngerjain kita, padahal yang ulang tahun kan dia. Dasar lo yan, mau aja dibego-begoin Iqra, gue juga jadi kena imbasnya nih. Pffttt … Beberapa saat kemudian acara tiup lilin dan pemotongan kue pun di laksanakan. Skenario singkat yang di buat gagal total, jatuhnya malah memalukan diri sendiri. Si Iqra kampret ternyata udah tau semuanya. Malah dia yang ngerjain kami.

Abaikan saja lilin yang banyak
FYI aja, ternyata Iqra keluar bukan buat nyari rokok, bukan juga buat nyari keributanm tapi dia nyari soft drink buat gue dan Ian. Karena dia tau kalo kami berdua akan datang kekontrakannya.

Yah, tau gini mah gue di rumah aja tidur. Nggak seru ah, ketahuan. Tapi, nggak papa deh yang jelas gue dapat kue gratis dan minuman gratis. Btw, Selamat Ulang Tahun, Bro! Ciye, akhirnya megang kue juga di hari special … dari pacar lagi. Ahh, gue jadi pengin juga tapi … LO KAN JOMBLO?!! (teriak Ian, Iqra, dan Emi depan muka gue)


Now Playing : Kunto Aji – Terlalu Lama DIBULLY Sendiri

Jumat, 16 Januari 2015

Tahun Baru, Hujan, Petasan, Pantai dan Nyamuk

Sebenarnya ada banyak hal yang pengin gue ceritain di bulan januari ini, tapi karena terkendala dengan nggak adanya laptop yang stay di rumah, gue jadi jarang ngepost. Gue baru nulis sebentar yang punya laptop udah mau ngambil, katanya pengin kerja tugas buat final. Alhasil, gue harus sabar menunggu si laptop kembali pulang kerumah dan berkumpul lagi bersama kami menjadi satu keluarga yang utuh. Oke, skip!

Di postingan kali ini, gue akan bercerita tentang malam tahun baruan gue bersama kelima orang teman gue yang ikhlas melewatkan tahun baruannya bareng gue. Agak telat sih nulisnya, tapi nggak papalah, kan baru nemu laptop yang nganggur juga, tanpa pikir panjang langsung gue sikat. Oke, gue mulai ceritanya.

*Naik Pentas*

Gue kira malam tahun baru kali ini akan gue lewatin dengan berdiam diri di rumah dan menatap kembang api dari balik jendala kamar. Tapi, bayangan itu seketika terbuyarkan oleh pesan BBM dari Rama, sahabat gue. Rama ngajakin gue tahun baruan bareng, gue yang waktu itu duduk dibalkon rumah langsung bergegas mandi. Gue begitu antusias menyongsong hari ini dengan penuh semangat, setelah selesai berpakain ala kadarnya, gue kebut motor gue menuju rumah si Rama, di sana ada sesosok pria yang tampak asing di mata gue. Hm, ternyata dia adalah rekan kerja Rama waktu di Kalimantan dulu. Pria itu bernama Ari, yap gue tau namanya setelah gue resmi berkenalan malam itu. Sekarang kami masih bertiga, masih kurang 3 orang lagi. Rama menjemput Ratih (re: pacar rama) di rumahnya sedangkan gue menjemput Cilo di hotel keluarganya. Gue bonceng cowok bukan berarti gue homo, begitupun sebaliknya, gue bonceng cewek bukan berarti gue normal, oke?!

Setelah semuanya udah pada ngumpul, akhirnya kami mutusin buat ke pantai Akkarena. Kami berangkat 4 motor, nggak ada yang bawa mobil, sih. Alasannya simple, biar kami nggak kena macet di jalan. Formasi kami di jalan adalah Gue boncengan bareng Cilo si gonrong unyu, Rama bareng pacarnya Ratih, Ari dan sebut saja namanya Cunnaing membawa motor sendiri-sendiri. Kami berenam pun tiba di tujuan dengan selamat dan langsung memarkirkan motor ditempat yang sudah disediakan. Sebelum mencari spot untuk duduk santai menanti waktu pergantian tahun, ada baiknya kami pergi ke toilet dulu untuk membuang apa aja yang mengganjal pada diri kami, ini salah satu saran absurd dari gue dan kebetulan malam itu semuanya pada nurut aja ngikutin saran itu. Setelah kami keluar dari toilet yang nggak bertimba itu, kami pun mencari spot utama buat duduk manis nikmatin hembusan angin pantai di malam hari.

Spot pertama yang kami tuju adalah ujung dermaga, tapi belum sampai di ujung, kami di usir oleh salah satu security setempat karena di ujung dermaga sedang dilakukan pemasangan petasan dan kembang api buat menyambut pergantian tahun. Akhirnya kami pun berbalik arah dan mencari spot baru, gue kasih saran ke mereka buat milih spot tepat di depan orang yg lagi asyik pacaran, gue sengaja ngasih saran begitu, siapa suruh pacaran di pantai, pelukan lagi! Iihh, kalo mau pacaran, mending di wisma aja sekalian! Dan kerennya dari teman gue adalah mereka iyakan saran dari gue. Kami berenam duduk didepan mereka yang lagi pacaran, akhirnya mereka risih dan milih pergi buat nyari tempat yang baru. Husss … saaanaa … laaluuuu …

Kami pun larut dalam hembusan angin pantai, nggak terasa sejam lagi menuju puncak pergantian tahun yang baru. Lagi asyik di gigitin nyamuk pantai yang beringas, tiba-tiba hujan deras turun membasahi kami. Dengan gerakan cepat kami dan semua pengunjung pantai lari berhamburan mencari tempat berteduh. Kami berenam akhirnya dapat tempat berteduh walaupun nggak seluas yang gue harapkan, sialnya nyamuk-nyamuk pantai itu ngikut dan terus gigitin gue sampai gue nyesal datang kesini make celana pendek, Fakk?! Di tempat perteduhan gue sempat mikir gini, kalo tau hujan deras gini, mending gue di rumah aja, nggak harus ngeluarin duit dan nggak harus basah-basahan kayak gini.

Tapi, sebelum gue menyesal untuk kedua kalinya di malam yang sama, hujan pun redah dan mengisyaratkan gue dan teman-teman buat kembali ke spot awal kami. Jam menunjukkan pukul 23.55 pm, itu tandanya 5 menit lagi menuju pesta kembang api di langit yang hitam, kenapa hitam? Ya, karena ini malam hari!!! Krikkk, kriiiikkk … Gue curiga kembang api yang udah disiapkan oleh panitia pantai di ujung dermaga itu rusak karena hujan deras tadi, dan benar saja udah pukul 00.04 am, kembang api dari ujung dermaga nggak terlihat sama sekali. Untungnya ada banyak petasan dari para pengunjung, mereka mengarahkan petasannya ke langit dan membuat suasana dimalam itu terlihat seru dan menyenangkan. Kami berenam larut dalam suka cita yang di ciptakan oleh suara petasan di sekitar kami.

Sebagai penutup, nggak lengkap rasanya kalo kami nggak berselfie bersama. Tetap eksis dong walaupun cahaya nggak memadai pengambilan suatu gambar, yang penting di jebret aja dulu. Oke, Gue, Rama, Ratih, Cilo, Ari, dan Cunnaing mengucapkan Minal Aidzin “Happy New Years Two Thousand and Fifteen”, yeaahhh?!

*Turun Pentas*
Rama - Ratih - Abaikan - Cunnaing - Cilo

Ari - Hamba Allah - Cilo - Rama
-sekian-

Minggu, 11 Januari 2015

Resolusi 2015

Selamat tahun baru guys. Baru nemu laptop nih buat ngepost lagi. Kemarin tangan gue udah gatel banget pengin nulis, tapi yang punya laptop sibuk sama tugas-tugas final di kampusnya. Ya, jadi gini deh. Gue baru bisa nulis sekarang. Oke deh, gue nggak usah kelamaan bacot lagi. Di postingan pertama di bulan januari ini, gue pengin ngebahas resolusi gue di tahun ini. Iya, resolusi tunggakan gue tahun kemarin. Kebanyakan orang pasti punya resolusi buat diri mereka masing-masing di tahun yang akan mereka jalani nanti, tapi nggak banyak dari mereka yang berhasil wujudin resolusi mereka. Entah karena resolusinya yang ketinggian atau emang merekanya aja yang nggak berusaha buat wujudin itu. Akhirnya, resolusi yang kemarin di jadiin lagi resolusi buat tahun ini, begitu terus sampai meteor jatuh lagi ke bumi.

Berharap itu perlu. Tapi, kita harus imbangi dengan usaha dan kerja keras agar apa yang kita harapkan bisa kita realisasikan. Jangan cuman omong doang, nggak malu apa sama kucing? Hah?

Santai, gue juga gitu kok cuma bisa ngomong doang. Tapi, buat tahun ini gue udah niat dan janji pada diri gue sendiri, kalo gue harus bisa wujudin harapan-harapan kecil yang dari dulu belum sempat gue realisasiin. Oke, gue pengin bagiin beberapa harapan-harapan kecil gue di tahun 2015 ini.

·         Operasi Kutil
Sebenarnya ini aib, tapi nggak apa-apalah. Jujur, gue adalah pemuda yang mengidap kutil di betis sebelah kiri sejak tahun 2008. Sudah 6 tahun lebih kutil ini setia menyatu dengan kulit gue. Entah akarnya sekarang sudah merambat sampai kemana. Semoga aja belum sampai ke otak gue, kalo kejadian sih, gue nggak bisa bayangin gimana seremnya nanti ketika gue menjalani proses pencabutan akar tuh kutil. Duh, gue takut banget kalo otak kecil gue ikutan terangkat dari tempatnya. Hm, semoga aja tahun ini gue bisa jalani operasi kutil dengan sukses dan nggak bakal numbuh lagi. I wish that, god. Amin.

·         Punya Kegiatan Rutin
Tahun kemarin gue laluin tanpa ada kegiatan yang rutin sama sekali. Gue stuck jadi anak rumahan, tepatnya sih jadi anak kompleks garis keras. Hidup gue jadi monoton, tiap hari cuma bisa mutarin kompleks buat nyari hiburan. Kalo nggak nemu kawan yang senasib, gue balik kerumah terus selimutan dalam kamar sambil meratapi nasib. Nganggur buat hidup gue jadi hampa dan nggak berwarna. Gue baru nyesal karena kemarin mutusin buat berhenti kuliah. Gue harap tahun ini, gue bisa dapat pekerjaan buat ngisi kekosongan gue, selain bisa dapat uang, gue juga bisa nemu teman dan lingkungan baru. Kalo gue masih gagal dapat pekerjaan, sepertinya gue harus kembali berkuliah lagi. Setidaknya, hidup gue akan jadi lebih berwarna dari tahun kemarin.

·         Punya Pacar Lagi
Hidup sebagai pemuda tuna-asmara (jomblo) ngebuat gue merasa rapuh dan kehilangan rasa percaya diri. Hari-hari gue laluin dengan kesendirian, hape jadi jarang berdering lagi, kalo pun berdering palingan juga itu SMS dari operator provider yang ngingatin buat ngisi ulang pulsa, bukan ngingatin buat makan. Operator aja jahat sama gue. Oke, sekarang gue jadi sensitif. Mungkin karena gue haus kasih sayang. Hm, semoga tuhan memberikan gue pasangan di tahun ini, nggak usah banyak-banyak, satu aja gue udah senang banget. Bantu baim yaoloh, Amin.

Nah, cukup segitu harapan dari gue. Nggak banyak kok, takut ntar tuhan susah buat ngabulin semuanya. Harapan yang ini aja belum tentu gue bisa realisasiin . semoga nggak bakal nunggak lagi seperti tahun kemarin, tapi gue harap ini bisa terwujud sih. Hm, manusia emang cuma bisa berharap, maka dari itu jalanin aja dulu.