Senin, 07 September 2015

Postingan yang Terlupakan



“Seharusnya postingan ini terbit Januari lalu, tapi karena gue kelupaan jadinya baru ke post sekarang deh. Sayang juga kalo ta buangin, udah nulisnya sampe tengah malem lagi. KAN ABANG CAPEKKKK!!!“




Untuk beberapa bulan kedepan kayaknya gue bakal jarang ngeposting di blog ini. Soalnya sekarang gue udah punya kegiatan baru. Iya, gue nggak ngeramin telur lagi di rumah alias nggak nganggur lagi. Akhirnya, resolusi gue buat punya kegiatan di tahun ini kesampaian juga. Gue senang banget, apa yang gue harapin di tahun ini bisa jadi kenyataan. Ya, walaupun nggak sesuai dengan impian gue sih. Tapi nggak papa deh, yang jelas gue punya kegiatan baru.

Semenjak gue punya kegiatan hidup gue sedikit demi sedikit akhirnya ikut berubah. Yang tadinya gue tidur saat adzan subuh tiba, sekarang harus tidur sebelum jam 12 malam. Yang tadinya sering bangun kesiangan, sekarang jadi sering bangun kepagian. Yang tadinya jomlo, eh sekarang masih aja jomlo. Gue tau kok, punya kegiatan baru nggak menjamin gue bisa mengubah status jomlo gue. Sedih? Nggak! Gue malah senang karena sekarang gue bisa nyari duit sendiri, nggak nyusahin orang tua gue lagi.

Iya, sekarang gue udah kerja di salah satu warkop yang ada di kota gue. Bagi yang nggak tau apa itu warkop? Oke gue coba jelasin. Warkop itu singkatan dari “Warung Kopi”. Warkop adalah tempat ngopi yang murah meriah, warkop biasanya di jadiin tempat nongkrong buat pemuda-pemudi yang kekurangan modal buat bergaul. Warkop juga sering disebut Kafe KW super, harga makanan dan minuman di warkop juga jauh lebih murah dan sangat cocok dengan kantong anak sekolahan. Itulah kenapa warkop bisa lebih ramai dibandingin kafe. Selain itu, warkop juga menyediakan layanan Wifi gratis buat mereka yang suka gratisan dan yang doyan browsing.

Berhubung warkop yang gue tempatin kerja ini masih baru, pengunjung yang datangpun masih sepi. Karena pengunjung yang masih sepi, kerja gue jadi nggak berat-berat amat. Kadang gue bisa kerja sambil baca buku, kadang juga gue kerja sambil mata tertutup. Ya, gue kerjanya santai banget. Bahkan jam istirahat gue lebih banyak dari jam kerja gue. Jujur, gue ikut sedih kalau pengunjung yang datang ke warkop nggak sampai sebiji, gue merasa makan gaji buta, padahal gue belum pernah gajian karena baru seminggu kerja.

Gue nggak tau, kenapa warkop ini pengunjungnya sepi. Padahal brosur udah gue sebar kesekolah-sekolah. Ya, sasaran warkop ini emang buat anak sekolahan labil yang suka nongkrong sambil ngisapin kaleng lem dibawah meja. Dibrosur juga udah ada tulisan promo gratis makan buat 20 orang pertama. Dan entah kenapa, nggak ada sebiji pun anak sekolahan yang berani memperlihatkan batang hidungnya di warkop ini. Gue juga udah bela-belain nahan malu buat bagi-bagiin brosur ke adik-adik gemes yang ada di sekolah, tapi nggak ada satupun yang datang. Mungkin mereka takut sama muka gue yang nyeramin ini, atau mereka pada takut gue racunin. Entahlah.

Warkop ini udah seminggu buka, tapi anak sekolahan yang menjadi target utama kami nggak kunjung datang. Pemilik warkop pun mengajak gue buat evaluasi sejenak dan saling melempar tanya. Apa yang salah dengan warkop ini ya? Sepertinya warkop ini kurang menjual karena fasilitas Wifi-nya belum ada. Apa ada yang salah dari brosur yang kita bagikan kemarin? Mungkin warna brosurnya kurang menarik, kenapa nggak diganti aja jadi warna ijo toska? Kenapa waktu itu harus warna hitam putih? Ya, jelaslah. Namanya juga brosur hasil fotocopy-an.

Udahan ah bahas warkop yang sepi ini. Kasihan juga kalau bos gue sampai ngebaca postingan ini, bisa-bisa dia nangis bombai karena modalnya nggak kunjung balik. Ya, namanya juga usaha bos. Harus bersabar nunggu warkopnya ramai pengunjung, semua kan butuh proses. Siapa tau bulan ini sepi, tau-tau bulan depan pengunjungnya masih sepi juga. Eh, gue salah ngomong ya bos. Maafin ya? Gaji gue bulan depan di bayarkan bos? Iyakan? Iya dong, mencoba membatin.

Kadang gue mikir gini, kalau warkop ini terus-terusan sepi pengunjung, gimana bos gue ngegaji gue? Yang di gaji kan bukan cuman gue, masih ada teman gue juga yang kerja bareng gue disini. Mungkin itu kekhawatiran yang kami rasain selama seminggu kerja disini. Kami takut nggak dapat gaji, karena pelanggan yang datang sepi. Tapi, gue yakin kok bos gue nggak bakalan ingkar janji. Gue aja yang mikirnya kejauhan. Harusnya gue fokus kerja aja dulu, urusan gaji biar bos gue aja yang mikirin. Itu kan tanggungjawab dia.

Cukup sekian dulu ya postingan kali ini, soalnya udah larut malam nih. Besok pagi kan gue harus kerja, nggak enak sama bos kalau gue bangunnya kesiangan. Gue harus tunjukin profesionalisme gue sebagai karyawan yang berdikari seperti yang di saranin Pak Jokowi. Ah, ngomong apaan sih gue. Hm, kalau besok-besok gue punya waktu luang, mungkin postingan selanjutkannya gue bakalan nyeritain gimana awalnya gue bisa keterima kerja di warkop ini. sampai jumpa di postingan selanjutnya ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar